Ilalang terdiam saat Rere sahabatnya yang bergegas memeluk dan menangis begitu ia membuka kamar hotelnya. Beberapa saat lamanya ia membiarkan Rere terus terisak hebat dalam pelukannya, tak terasa beberapa bulir air mata pun menetes dari kedua matanya. Ilalang sungguh-sungguh mencintai Rere, sahabat sejak lebih dari dua dekade. Baginya, Rere adalah saudara kandungnya sendiri.
“Re, aku biarkan semalam dirimu pergi bersama Bayu, meninggalkanku sendiri di kamar ini dan tak bisa tidur sampai pagi, bukan untuk mendapatkan dirimu menangis sesedih ini. Harusnya kamu bahagia, bukankah kalian akhirnya bisa melepas rindu?”
Di tengah-tengah isak tangisnya yang tersisa, Rere berucap dengan membuang pandangannya ke luar jendela kamar hotel, di kota antah berantah tempat Bayu tinggal.
“Cinta kami hanya dalam hati saja, cinta kami semu, La, kamu tau, aku merasa bersalah kepada Runi, Bayu adalah miliknya, cinta nyata Bayu adalah Runi, aku hanya pengganggu”
“Rembulan Dini Hari! Beraninya dirimu menyebut diri sendiri pengganggu! Hati ini bukan program komputer, Re, yang bisa kita atur sesuai keinginan kita, cinta kalian nyata, dan kamu bukan pengganggu, bukankah Bayu tak pernah mengabaikan Runi demi dirimu? Re, syukuri saja ada seorang Bayu Semilir Senja yang begitu menyayangimu sepenuh jiwa raga setiap detik hidupnya, tak banyak orang bisa mendapatkan kesempatan itu, tidak juga aku, Re”
Ilalang dan Rembulan kembali berpelukan, Tuhan memberikan mereka hadiah terbaik, persahabatan yang tak lekang waktu.
Ilalang menggenggam erat tangan sahabatnya saat pesawat take off kembali menuju kota kembang tempat mereka tinggal, tampak tetesan air mata di pipi Rembulan.
“You’ll be just fine, Re, Bayu will always love you as much as you love him. Thank God for that, come on….please smile for me” ucap Ilalang sambil memeluk erat sahabatnya, “La, udahan ah, jangan peluk peluk terus, sepertinya cowok sebelahmu itu mulai berpikir kita lesbi” bisik Rembulan.
Lalu, dalam beberapa detik, tawa mereka berdua pecah seiring kumpulan mega putih tampak di jendela.
“La, thanks a lot for accompanying me to the city you call antah berantah”
“Hahahaha Rere ku sayang, apa sih yang gak buat kamu”
“Kamu mau aku antar pulang, La? Aku kan parkir mobilku di bandara, atau….pacarmu itu yang menjemput tuan putri Ilalang Kemilau Fajar? Eh sebentar, dia itu supir atau pacar atau suami atau ATM berjalanmu ya? Hahahah kalian ini pasangan aneh, menikah aja kenapa sih daripada gak jelas begitu”
“Hadeuh…yang udah bisa ketawa, lupa pagi tadi masih sesenggukan di pelukanku, iyaaaa, Pryo supir pribadiku itu beserta segenap status yang kamu sebut tadi yang mau jemput. Menikah? Tidak lah yaaaa….bisa gila aku kalau harus serumah sama dia”
Rembulan menyalakan mesin mobilnya, sejenak menarik nafas dalam mengingat perjalanannya bertemu Bayu, kekasihnya sejak lebih dari 5 tahun ini. Ia menyadari cintanya yang tak pernah usai pada Bayu sejak pertemanan mereka semasa SMA dulu, walaupun akhirnya Bayu diminta orangtuanya menikah dengan Seruni yang masih kerabatnya dan Rembulan memilih tetap melajang sampai kini. Dilihatnya iPhone nya menyala, terbaca olehnya ada iMessage dari Bayu.
[Sudah sampai Bandung, Rereku sayang?]
[Aku benar benar cinta kamu, Re, sungguh]
[Jangan pernah berhenti mencintaiku ya, Re]
Mata Rembulan membasah membaca satu demi satu ungkapan cinta Bayu, yang entah berapa kali dalam sehari dikirimnya via iMessage. Ia begitu mencintai Bayu, walau tahu Bayu hanya milik Seruni. Rembulan pun mengetik iMessage membalas seluruh ungkapan cinta Bayu padanya, walau matanya berkaca-kaca, sekali sekali tersungging senyumnya membayangkan komentar Ilalang bila ia menunjukkan ungkapan cinta Bayu padanya, satu kata yang pasti diteriakkan Ilalang padanya “lebaiiiiiiiii” dengan sederet huruf “i”. Ilalang satu satunya orang yang bisa mengubah isak tangisnya menjadi senyum bahkan tawa.
[Rereeeeeeee…..somseeeee….iMessage ku tak dibalas…huh]
[Lala bawel, memangnya aku ini Pryo yang harus segera membalas semua pesanmu? Pesan Bayu saja belum tentu segera aku balas…]
[Jiaaaaaaahhh teganya menomor duakan aku dari Bayu pujangga cinta yang seangkatan sama pujangga lama itu kalo diliat dari pesan pesan cintanya]
[Idiiiih kok jadi nyela Bayu….Ilalang Kemilau Fajar, kamu gak pernah nomer dua di hidupku, tapi boleh dong kalo Bayu nomer satu juga hehehe…ada apa kok galau begitu? Pryo pasti penyebabnya]
[I love him, Re, but maybe I don’t love him enough to say yes to his proposal last night]
[Whaaaaaat??? Akhirnya Pryo Notowijoyo melamarmu?? Why didn’t you say yes, dear? Why?]
[Nggak ah, Re, enakan begini, kalo aku lagi cinta aku bisa manja manjaan, kalo aku lagi bête aku bisa tendang jauh jauh hahahahaha…gak perlu ribet ngurus cerai di pengadilan kayak dulu aku sama Danar]
[Aaah..La..kamu punya kesempatan untuk menikah dengan orang yang kamu cintai, sedangkan aku?? Nggak akan pernah ada kesempatan itu untukku dan Bayu]
[Ya ampuuuun Reeeee…kalau Bayu tak menceraikan Runi terlebih dahulu, aku pastikan kesempatan itu takkan pernah ada! Aku gak rela sahabatku tercinta ini dijadikan istri kedua, bakal aku tendang Bayu keluar angkasa, langkahi dulu body seksi ku ini kalo dia punya niatan seperti itu]
[Hahahaha kamu tu emang gilaaaa…apa jadinya kalo Bayu membaca kata-katamu itu]
[Screen grab! Kirim ke Bayu, biar dia pikir-pikir sejuta kali kalo punya niatan kayak gitu, palingan kamu bakalan terima ratusan baris ungkapan cintanya yang layaknya mau saingan sama pujangga lama]
[Lalaaaaa…kok tumben sibuuuk]
[Hadir! Sahabatku Rembulan Dini Hari yang cantik jelita bagai purnama di langit nan gelap *do I sound like Bayu?* Hahahahaha]
[Iiiihhh…aku lagi bête sama Bayu]
[Whaaaat? Tumbeeeen…udah lama gak kirim pantun atau sajak yaaa]
[Lalaaa aku serius tauuuuk]
[Ada apa sih?]
[Tadi pagi Bayu iMessage aku, bilang kalo lagi menemani Runi keluar kota dan melarangku kirim iMessage sampai dia yang mulai. Aku kan nggak pernah kirim pesan duluan atau bahkan telfon, aku mengerti posisinya dan kesulitannya. Nggak usahlah dia mengingatkanku, seakan akan aku akan mengganggu “posisi aman” nya]
[Hufthhhhh…emang tuh Bayu kudu sekali kali aku kilik-kilik….pake keris karatan! Bagaimana bisa dia selugu itu kirim pesan seperti itu, nggak tau apa kata-katanya itu nyakitiiiiiiin banget. Biar aku kirim pesan ke dia!]
[Eeehhh jangaaaann…aku cuma mau curhat, bukan minta dibelain, aku tau kamu pasti mengerti sedihnya perasaanku saat ini, La, tapi beneran deh kamu tuh sadis banget, masa keris karatan]
[Iya dong…biar tetanus dulu hahahaha trus kejang-kejang]
[Ckckckckck sadis bener…kasian amat itu Pryo, entah udah pernah dikilik kilik pake rencong karatan kali ya hahahahaha]
Silih berganti pundak Rembulan dan Ilalang menjadi tempat bersandar saat satu sama lain saling membutuhkan. Rembulan paham bahwa Ilalang dan Pryo saling cinta, walau nampaknya komitmen dalam pernikahan bukan pilihan untuk sahabatnya yang pernah gagal menikah ini. Ilalang pun paham betapa dalam cinta Rembulan pada Bayu dan sebaliknya, mereka bukan tak berjodoh karena sejoli manapun yang berjodoh sekalipun tak miliki cinta sedalam Rembulan dan Bayu. Bukankah tak ada satupun buku nikah yang isinya memuat betapa besar cinta pasangan tersebut satu sama lain? Untuk Ilalang, cinta Rembulan dan Bayu bukan dalam hati saja, bukan semu atau fatamorgana, cinta mereka sejati yang mungkin saja tak pernah akan disatukan dalam pernikahan. Ilalang tahu cinta sedalam Bayu pada Rembulan hanya ada satu dalam semilyar. Ilalang tahu Rembulan akan selamanya merasakan curahan cinta Bayu.
Rembulan Dini Hari dan Bayu Semilir Senja saling mencintai, seluruh galaksi Bima Sakti pun tahu.